Sabtu, 13 Juni 2015

Kisah kita


D
ia. Dia sahabatku. Selalu ada disaat aku membutuhkan ataupun tidak membutuhkan kehadirannya. Dia menerima semua kekuranganku ini. Dia selalu ada setiap waktu dan setiap detik. Menjadi penenangku. Penghiburku. Penyemangatku. Pelindungku. Tak jarang ia juga menjadi musuhku. Sebut saja Sinta. Gadis berambut panjang yang memiliki postur tubuh lebih gemuk dari aku ini, selalu sabar menghadapi sikapku ini. + 3 tahun lalu awal kita saling mengenal. Dia yang bawel, alay, galauan, penasehat dan manja. Menjadi pelengkapku yang pendiam, mandiri dan aneh ini. Sinta anak tunggal yang menjadi kebanggan keluarganya. Pernah saat kita duduk dibangku kelas 7 aku dan Sinta mengalami masalah dengan sahabatku yang lain sebut aja Ana. Dia naik darah setiap melihatku dekat dengan Sinta. Ehtah kenapa dia marah. Padahal dia dengan Sinta juga bersahabat. Sampai2 dia memengaruhi teman2 yang lain untuk mendiamkanku dan Sinta. Disaat itulah aku dan Sinta berusaha tetap tabah. Kita tetap sabar walaupun dicaci maki. Aku selalu berusaha untuk sabar menahan semua amarahku. Dan suatu ketika Vira bilang padaku. Kalau dia mau menyelesaikan masalah denganku. Sepulang sekolah aku berusaha menghindar darinya. Alhasil, Liphi, Meida, Vira menghalangiku Mereka mendorongku kedalam kelas. Bukannya aku takut dengan mereka. Tetapi, aku sudah bisa menebak kalau mereka akan menyelesaikannya dengan emosi. Disitu aku menjadi bahan cacian. Tak ada yang membelaku sama sekali. Sinta  hanya bisa terdiam membisu dipojokkan. Menahan semua amarahku dan berusaha








meyakinkan diriku bahwa yang sedangku hadapi ini sahabatku. Aku tak ingin persahabatanku pecah. Sudah cukup bahagia diriku memiliki mereka. “sorry... jangan pernah anggap aku sahabat lagi makasih semuanya” secarik surat aku tinggalkan dihadapan Meida. Aku berlari meninggalkan sekolah dengan air mata yang tak kuat ku bendung lagi. Ku dengar suara Meida dan Liphi yang mengejarku. Semakin jauh aku berlari. “Kenapa dek?” sapa seniorku yang mengagetkanku. Aku bercerita banyak dengannya.  “Sabar dek. Mungkin mereka pingin tuh deket sama kamu. Kamu juga jangan cuma deket sama 1 sahabatmu aja. Yang lain juga butuh kamu dek” nasehat kak Tika yang tak pernah aku lupakan. Sejahat apapun mereka, sejelek apapun. Mereka adalah sahabatku.


Ŏ


Setelah seharian air mata seperti sungai mengalir. Sekarang saatnya aku bangkit dan percaya. Semua masalah bisa ku hadapi dengan ataupun tanpa bantuan orang lain. Kusambut pagi yang cerah ini. “Aul.. Aku minta maaf ya” Vira menjulurkan tangannya dihapanku. Seketika aku tercengah. Ada apa ini. Apa lagi persoalan yang harus aku selesaikan ? Aku masih kuat menghadapi semua yang Engkau berikan. Ini semua bukan mimpi ! Kenyataan yang ada dihadapanku. Bahagia rasanya VLAMAUS bisa utuh kembali. Sekarang kita sudah menjadi satu. Tak ada lagi masalah untuk saat ini.


Ŏ


Kelas 8


Sayang sekali kita tak menjadi teman sekelas. Hanya Ana, Vira dan Meida yang masih tetap utuh. Sedangkan aku dan Liphi kita terpisah. Apalagi aku. Kelasku terletak sangat terpencil. Jauh dari kelas lain. Apalagi saat istirahat aku lebih memilih menghabiskan waktu dikelas. Tapi tak jarang juga kita berkumpul. Meida. Ya, aku punya masalah dengannya. Masalah yang  sangat tidak penting. Sampai2 kita bermusuhan cukup lama dan saling menuduh. Entah deh. Masalah ini terlihat sangat sepele. Tapi entah kenapa kita bisa bermusuhan cukup lama. Tapi aku rasa sudah seharusnya kita saling berhuznuzan. VLAMAUS utuh kembali J


Ŏ


Persahabatan kita memang aneh. Dari SD sampai sekarang, VLAMAUS tetep jadi persabatan dalam hidupku yang sangat indah. Kelas 9 ini tetep aja. Mereka nggak ada yang satu kelas denganku. Meida, Sinta sama Liphi satu kelas. Ana sama Vira juga sekelas. Tapi aku ?? ALONE.
Ahh entahlah, mungkin ini takdir Allah


3 tahun menjalani persahabatan dengan mereka. Susah, senang, duka dll. Kita pernah rasakan bersama. Menjalani persahabatan yang setiap anak bersifat saling bertentangan. Susah memang. Tapi nggak terasa kita berhasil membangunnya. Dari awal membuat pondasi hingga terbentuk bangunan yang kokoh. Bersama. Sulit. Semua kan indah pada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar