D
|
ia.
Dia sahabatku. Selalu ada disaat aku membutuhkan ataupun tidak membutuhkan
kehadirannya. Dia menerima semua kekuranganku ini. Dia selalu ada setiap waktu
dan setiap detik. Menjadi penenangku. Penghiburku. Penyemangatku. Pelindungku.
Tak jarang ia juga menjadi musuhku. Sebut saja Sinta. Gadis berambut panjang
yang memiliki postur tubuh lebih gemuk dari aku ini, selalu sabar menghadapi
sikapku ini. + 3 tahun lalu awal kita saling mengenal. Dia yang bawel,
alay, galauan, penasehat dan manja. Menjadi pelengkapku yang pendiam, mandiri
dan aneh ini. Sinta anak tunggal yang menjadi kebanggan keluarganya. Pernah
saat kita duduk dibangku kelas 7 aku dan Sinta mengalami masalah dengan sahabatku
yang lain sebut aja Ana. Dia naik darah setiap melihatku dekat dengan Sinta. Ehtah
kenapa dia marah. Padahal dia dengan Sinta juga bersahabat. Sampai2
dia memengaruhi teman2 yang lain untuk mendiamkanku dan Sinta.
Disaat itulah aku dan Sinta berusaha tetap tabah. Kita tetap
sabar walaupun dicaci maki. Aku selalu berusaha untuk sabar menahan semua
amarahku. Dan suatu ketika Vira bilang padaku. Kalau dia mau menyelesaikan
masalah denganku. Sepulang sekolah aku berusaha menghindar darinya. Alhasil,
Liphi, Meida, Vira menghalangiku Mereka mendorongku kedalam kelas. Bukannya aku
takut dengan mereka. Tetapi, aku sudah bisa menebak kalau mereka akan
menyelesaikannya dengan emosi. Disitu aku menjadi bahan cacian. Tak ada yang
membelaku sama sekali. Sinta hanya bisa
terdiam membisu dipojokkan. Menahan semua amarahku dan berusaha
meyakinkan
diriku bahwa yang sedangku hadapi ini sahabatku. Aku tak ingin persahabatanku
pecah. Sudah cukup bahagia diriku memiliki mereka. “sorry... jangan pernah anggap aku sahabat lagi makasih semuanya”
secarik surat aku tinggalkan dihadapan Meida. Aku berlari meninggalkan sekolah
dengan air mata yang tak kuat ku bendung lagi. Ku dengar suara Meida dan Liphi
yang mengejarku. Semakin jauh aku berlari. “Kenapa dek?” sapa seniorku yang
mengagetkanku. Aku bercerita banyak dengannya. “Sabar dek. Mungkin mereka pingin tuh deket
sama kamu. Kamu juga jangan cuma deket sama 1 sahabatmu aja. Yang lain juga
butuh kamu dek” nasehat kak Tika yang tak pernah aku lupakan. Sejahat apapun
mereka, sejelek apapun. Mereka adalah sahabatku.
Ŏ
Setelah
seharian air mata seperti sungai mengalir. Sekarang saatnya aku bangkit dan
percaya. Semua masalah bisa ku hadapi dengan ataupun tanpa bantuan orang lain.
Kusambut pagi yang cerah ini. “Aul.. Aku minta maaf ya” Vira menjulurkan
tangannya dihapanku. Seketika aku tercengah. Ada apa ini. Apa lagi persoalan
yang harus aku selesaikan ? Aku masih kuat menghadapi semua yang Engkau
berikan. Ini semua bukan mimpi ! Kenyataan yang ada dihadapanku. Bahagia rasanya
VLAMAUS bisa utuh kembali. Sekarang kita sudah menjadi satu. Tak ada lagi
masalah untuk saat ini.
Ŏ
Kelas
8
Sayang
sekali kita tak menjadi teman sekelas. Hanya Ana, Vira dan Meida yang masih
tetap utuh. Sedangkan aku dan Liphi kita terpisah. Apalagi aku. Kelasku
terletak sangat terpencil. Jauh dari kelas lain. Apalagi saat istirahat aku
lebih memilih menghabiskan waktu dikelas. Tapi tak jarang juga kita berkumpul.
Meida. Ya, aku punya masalah dengannya. Masalah yang sangat tidak penting. Sampai2 kita
bermusuhan cukup lama dan saling menuduh. Entah deh. Masalah ini terlihat
sangat sepele. Tapi entah kenapa kita bisa bermusuhan cukup lama. Tapi aku rasa
sudah seharusnya kita saling berhuznuzan. VLAMAUS utuh kembali J
Ŏ
Persahabatan
kita memang aneh. Dari SD sampai sekarang, VLAMAUS tetep jadi persabatan dalam
hidupku yang sangat indah. Kelas 9 ini tetep aja. Mereka nggak ada yang satu
kelas denganku. Meida, Sinta sama Liphi satu kelas. Ana sama Vira juga sekelas.
Tapi aku ?? ALONE.
Ahh entahlah, mungkin ini takdir Allah
Ahh entahlah, mungkin ini takdir Allah
3
tahun menjalani persahabatan dengan mereka. Susah, senang, duka dll. Kita
pernah rasakan bersama. Menjalani persahabatan yang setiap anak bersifat saling
bertentangan. Susah memang. Tapi nggak terasa kita berhasil membangunnya. Dari
awal membuat pondasi hingga terbentuk bangunan yang kokoh. Bersama. Sulit.
Semua kan indah pada waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar